Cinta Sunyi di Embun Pagi
“kukuruyuk …..kukuruyuk…….”
“sudah jadwalnya memang suara ayam dari bapak Kepala Desa Sumber Jaya membangunkan warganya yang pada masih terlelap tidur terbuai dalam mimpi indah yang tiada tara artinya jika dapat di artikan.” tentu saja pada terlelap tidur dan malas bangun karena pada waktu ayam pak Kepala Desa berbunyi waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. Satu lagi alasan yang masuk akal adalah karena seluruh warga serempak pada terbuai oleh mimpi indah yang mereka alami dalam alam tidurnya.
Tetapi itu semua tidak berarti bagi seorang anak yang akan beranjak dewasa dan menjadi Perjaka Tingting seperti Mamat ini yang sudah bangun walaupun keluarganya masih pada terlelap tidur,jika kita tebak mungkin keluarganya sedang mimpi yang begitu indah menjadi seorang yang kaya raya yang dialam nyata adalah kebalikannya dari mimpinya. Setelah bangun dari mimpi yang begitu indah dan kasur yang terasa empuk bagi seorang Mamat “walaupun kasur yang empuk katanya itu sebenarnya hanya beralaskan tikar”. Mamat tetap saja langsung bersiap-siap untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang manusia yang tidak mau rezekinya di patok oleh ayam pak kepala desa yang bernama si jenggot itu yang sudah berbunyi walaupun masih amat pagi. jika kita lirik keluar, diluar ternyata masih terasa amat dingin dan brrrrrr seakan udara dingin adalah monster yang amat berbahaya yang bersiap-siap menghancurkan pori-pori tubuh mamat. Tetapi itu bukan alasan dan hambatan bagi seorang anak yang beranjak dewasa seperti mamat ini, dengan hanya bermodalkan handuk lusuh dan kain sarung yang telah menemaninya sepanjang hidupnya dan juga tidak mungkin lupa membawa alat-alat mandinya mamat langsung tancap gas ke tempat pemandiaanya yang terletak paling dekat dari rumahnya.
Selama di dalam perjalanan menuju sungai yang jaraknya dapat di tempuh dalam sepuluh menit dari rumahnya, Mamat mengucapkan kata serapah-papah yang sangat wajar sekali di ucapkan jika seseorang mandi pada pagi hari, bayangkan saja seorang ABG seperti Mamat harus berjalan menuju sungai hanya sekedar untuk menyelesaikan hajatnya dan salah satu kewajibannya sebagai seorang manusia normal yang mempunyai kewajiban untuk membersihkan dirinya.
Setelah sepuluh menit perjalanan akhirnya Mamat pun sampai ke tepi sungai tempatnya untuk mandi, satu persatu benda yang yang melekat dalam tubuhnya di lepaskan dan hasilnya bisa sudah di bayangkan sekali, terpaan udara langsung menusuk masuk ke dalam tubuh menuju ke pori-pori dalam tubuh dan menuju ke luar tubuh Mamat yang langsung mengigil kencang sekali ketika dirasakannya mulai masuk, giginya pada beradu padu membuat irama musik yang sangat aneh sekali kedengarannya bagi sebagian orang yang tidak suka kebisingan. Tetapi bukan Mamat namanya jika hanya hal sepele seperti itu sudah membuat dia menyerah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi manusia normal yang mempunyai kewajiban untuk membersihkan pori-pori dalam tubuh dan sekitar area badan,
sayup menyayu suara gemercik air ketika mamat mulai untuk membersihkan diri, air terasa begitu seperti es jika sampai ke badan mamat, Mamat pun langsung menggigil dan menggigil tiap kali kali dia membasahi tubuhnya tetapi mamat tidak terlalu memperdulikannya dia tetap saja membasahi badannya, ketika air berbunyi dan langsung membasahi badan Mamat lagi, badan Mamat ikut berbunyi menahan dingin yang sangat menusuk, seperti itulah keadaanya ketika setiap kali mamat mandi. Tetapi Setelah selesai menyelesaikan kewajibannya hasilnya adalah ujung rambut Mamat sampai dengan ujung kaki semuanya tidak ada yang kering, semuanya basah karena mamat menyiram seluruh tubuhnya supaya segar kembali untuk Mengais Kehidupannya yang selalu di penuhi oleh cinta dari dalam tubuhnya seperti di Embun pagi yang sunyi ini.